LEMBAGA HIDUP
(Prof. Dr. Hamka, Republika, 392)
Buku ini bercerita tentang hak dan kewajiban. Terdapat dua peran
dalam hal menutut ilmu, yaitu peran sebagai guru dan peran sebagai murid. Buya
Hamka menjabarkan hak dan kewajiban dari guru kepada murid, juga sebaliknya,
pada kedelapan dalam buku ini. Bahkan dijelaskan tentang hak dan kewajiban seorang
warga negara dalam hal bertanah air. “Kewajiban berdasarkan objeknya terbagi
kepada empat bagian yaitu kewajiban kepada diri sendiri, kepada orang lain,
kepada Allah, dan kepada makhluk lainnya.”
“Hak yang
dimiliki oleh setiap manusia sejak lahir adalah hak kemerdekaan atas diri, hak
milik, menghindari serangan dan mencari rezeki. Namun ada lagi hak perseorangan
yang penting untuk dimiliki manusia sebagai seorang anggota masyarakat yaitu
hak untuk tetap hidup, hak budi (pemeliharaan kesehatan diri sendiri), hak
kemerdekaan diri, hak persamaan dalam masyarakat, hak politik, hak mencari
rezeki, hak atas milik, hak perhubungan dan perjanjian, hak atas kepercayaan
dan keyakinan, hak perlindungan anak-anak, hak pengajaran dan pendidikan, hak
jiwa dan tubuh.”
“Dalam kehidupan
keluarga terdapat suami istri dan anak dimana setiap peran memiliki hak dan
kewajiban pada peran yang lain. Suami memiliki hak dan kewajiban pada istri,
juga sebaliknya. Juga begitu halnya antara anak dan orang tuanya, terdapat hak
dan kewajiban masing-masing.”
Garis perjalanan
hidup setiap manusia telah ditetapkan sejak dalam kandungan. Rezeki telah
tersedia. Ajal telah tentu. Amal usaha telah terbentang. Inilah "Lembaga
Hidup". Tuangan yang berbentuk menurut barang-barang yang dicita-citakan
akan tercipta setelah bahan-bahannya dituangkan ke dalamnya.
Buku yang
membuat saya banyak berfikir dan merenung kembali terhadap keinginan dan sikap
terhadap hidup selama ini. Walau ditulis sudah lebih dari 75 tahun lalu,
sebagian besar isinya masih sangat relevan untuk mendidik cara bersikap dan
berfikir di era sekarang. Bagi saya Buya Hamka adalah salah seorang pemikir
yang saya kagumi, keikhlasannya dan sabarnya dalam bertindak selama beliau
hidup tergambar dari tulisan beliau. Buya mengajarkan
kita untuk terus berfikir positif dan penuh rasa syukur terhadap apapun,
terutama terhadap takdir kita.
Melalui buku
ini, Buya Hamka mengajak kita untuk berikhtiar menuang lembaga hidup kita
masing-masing dengan berbagai kewajiban sesuai tuntunan Islam dan tidak
membiarkannya menjadi sebatas lembaga...
Lembaga yang
harus diisi dalam kehidupan secara Islami tidak hanya terpusat pada satu
bidang, melainkan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Buku ini berbicara
tentang kewajiban manusia terhadap diri pribadi, keluarga, masyarakat, ilmu
pengetahuan, tanah air, politik, harta benda dan sebagainya. Di atas semua itu,
yang terpenting adalah bagaimana sebenarnya kewajiban manusia terhadap Allah
SWT, Tuhan semesta alam.
Oleh Muhammad Abdul Aziz, Institut Pertanian Bogor