Sabtu, 22 September 2018



LEMBAGA HIDUP
(Prof. Dr. Hamka, Republika, 392)

Buku ini bercerita tentang hak dan kewajiban. Terdapat dua peran dalam hal menutut ilmu, yaitu peran sebagai guru dan peran sebagai murid. Buya Hamka menjabarkan hak dan kewajiban dari guru kepada murid, juga sebaliknya, pada kedelapan dalam buku ini. Bahkan dijelaskan tentang hak dan kewajiban seorang warga negara dalam hal bertanah air. “Kewajiban berdasarkan objeknya terbagi kepada empat bagian yaitu kewajiban kepada diri sendiri, kepada orang lain, kepada Allah, dan kepada makhluk lainnya.”

“Hak yang dimiliki oleh setiap manusia sejak lahir adalah hak kemerdekaan atas diri, hak milik, menghindari serangan dan mencari rezeki. Namun ada lagi hak perseorangan yang penting untuk dimiliki manusia sebagai seorang anggota masyarakat yaitu hak untuk tetap hidup, hak budi (pemeliharaan kesehatan diri sendiri), hak kemerdekaan diri, hak persamaan dalam masyarakat, hak politik, hak mencari rezeki, hak atas milik, hak perhubungan dan perjanjian, hak atas kepercayaan dan keyakinan, hak perlindungan anak-anak, hak pengajaran dan pendidikan, hak jiwa dan tubuh.”

“Dalam kehidupan keluarga terdapat suami istri dan anak dimana setiap peran memiliki hak dan kewajiban pada peran yang lain. Suami memiliki hak dan kewajiban pada istri, juga sebaliknya. Juga begitu halnya antara anak dan orang tuanya, terdapat hak dan kewajiban masing-masing.”     
Garis perjalanan hidup setiap manusia telah ditetapkan sejak dalam kandungan. Rezeki telah tersedia. Ajal telah tentu. Amal usaha telah terbentang. Inilah "Lembaga Hidup". Tuangan yang berbentuk menurut barang-barang yang dicita-citakan akan tercipta setelah bahan-bahannya dituangkan ke dalamnya.

Buku yang membuat saya banyak berfikir dan merenung kembali terhadap keinginan dan sikap terhadap hidup selama ini. Walau ditulis sudah lebih dari 75 tahun lalu, sebagian besar isinya masih sangat relevan untuk mendidik cara bersikap dan berfikir di era sekarang. Bagi saya Buya Hamka adalah salah seorang pemikir yang saya kagumi, keikhlasannya dan sabarnya dalam bertindak selama beliau hidup tergambar dari tulisan beliau. Buya mengajarkan kita untuk terus berfikir positif dan penuh rasa syukur terhadap apapun, terutama terhadap takdir kita.

Melalui buku ini, Buya Hamka mengajak kita untuk berikhtiar menuang lembaga hidup kita masing-masing dengan berbagai kewajiban sesuai tuntunan Islam dan tidak membiarkannya menjadi sebatas lembaga...
Lembaga yang harus diisi dalam kehidupan secara Islami tidak hanya terpusat pada satu bidang, melainkan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Buku ini berbicara tentang kewajiban manusia terhadap diri pribadi, keluarga, masyarakat, ilmu pengetahuan, tanah air, politik, harta benda dan sebagainya. Di atas semua itu, yang terpenting adalah bagaimana sebenarnya kewajiban manusia terhadap Allah SWT, Tuhan semesta alam.

Oleh Muhammad Abdul Aziz, Institut Pertanian Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar