Senin, 06 Juli 2020



“The Kite Runner” Novel Terlaris Berlatar Negara Afghanistan
Penulis Khaled Hosseini
Secara keseluruhan, ada sebuah kultur Islami yang kental pada novel “The Kite Runner”, namun kultur-kultur tersebut tak ayal menyelipkan moral dan pesan berharga yang tidak hanya ditujukan kepada pemeluk agama tersebut. Lewat keseharian Amir dan kaum Afghani lainnya di San Franciso, Khaled Hosseini berbicara tentang bagaimana cara kaumnya bertahan di tengah perbedaan kultur yang terjadi, antara sebelum dan pasca terjadinya insiden 11/9.
Sebagai debut Khaled Hosseini, “The Kite Runner” merupakan karya perdana yang luar biasa. Bukan semata-mata dari konflik novelnya yang berkenaan dengan isu politikal dunia, melainkan pengemasan ceritanya yang juga menarik. Cerita memoar perjalanan Amir tidak dieksekusi secara monoton, melainkan dieksplorasi melalui berbagai sisi. Semasa ia kecil, Amir menjelaskan sisi yang indah tentang Kabul dengan didominasi narasi spasial. Mulai dari ceruk terkecil di rumahnya, sampai panjang-lebar meja, dan besar ukuran ruangan rumah, Khaled Hosseini menjabarkannya secara lengkap; adat, permainan, hingga tradisi-tradisi lainnya di tanah Afghani pun ia perkenalkan kepada pembaca. Namun, di bagian inilah, cerita menjadi terasa mengulur, dan alih-alih, diselingi dengan dialog, Amir sebagai seseorang yang senang menghabiskan waktu bersama buku, lebih ingin bermonolog tentang kampung halamannya ketimbang berdialog panjang lebar dengan Hassan.
“The Kite Runner” bisa dibilang buku yang sendu, Khaled Hosseini menggunakan kata-katanya untuk menghanyutkan pembaca bersama sebuah diorama kehidupan Amir yang selalu dipenuhi penyesalan. Dengan terpolanya pemikiran tersebut, pembaca pun tak pernah berekspektasi tentang sebuah klimaks yang akan menghadang.
Khaled Hosseini sesungguhnya tak perlu terlalu sulit merangkai emosi untuk sebuah klimaks yang epik. Penuturan kisahnya bahkan tanpa bumbu metafora, namun sudah cukup menceritakan penyiksaan yang dibawa kaum Taliban ke tanah Afghani.
Menjelajahi perjalanan hidup Amir, “The Kite Runner” dibagi menjadi tiga bagian utama: a) bagian pertama, yang bercerita tentang masa kecil Amir dan Hassan di Kabul, b)  bagian kedua, yang bercerita tentang kehidupan Amir dan Baba di San Francisco, c) Amir kembali lagi bertemu dengan Rahim Khan di Pakistan pasca perang. Bagian pertama, seperti yang dituturkan secara gaya menulis, alurnya menjadi terkesan lambat dengan bagian introduksi yang panjang lebar mengenai tanah Kabul. Begitu juga dengan bagian dua, namun, di bagian dua, sebagai sebuah fase transisi, Amir lebih menuturkan pemikirannya secara liberal dan cepat, seperti saat pertemuannya dengan Jendral dan calon istrinya, Soraya. Hingga di bagian ketiga, saya rasa, dari antara ketiganya, bagian ketigalah yang menjadi fase ‘buka-kartu’ dari seluruh rangkaian memoar Amir. Yang mana Amir harus memberanikan diri dan berargumen untuk memenangkan hak yang seharusnya dimiliki oleh seorang Afghani untuk bisa menjadi warga negara Amerika yang resmi.
Sebuah cerita yang seru, tentunya tidak terlepas dari peranan tokoh yang hebat. Sebagai penulis Khaled Hosseini lebih sering menggunakan teknik penokohan yang didramatisir, walau ada kalanya sesekali ia menjelaskan tentang fisik seseorang, namun dengan kepiawaiannya bercerita tentang hal-hal spasial, pembaca pun tak ayal bisa merangkum deskripsi dan komparasi yang ia hadirkan lewat suasana dan tempat sebagai latar belakang penokohan dari para tokohnya. Seperti halnya kala ia menjelaskan rumah Baba yang megah, dipenuhi ukiran, juga meja yang luas untuk jamuan pesta besar-besaran. Berbeda saat narator menjelaskan gubuk Amir dan Ali yang begitu sederhana dan terletak di belakang rumah.
Dan untuk karakter, Amir sebagai sang narator bukanlah tokoh yang hebat, menurut saya. Amir diceritakan seperti manusia pada umumnya. Seorang pengecut, egois, dan oleh karena itu ia memilih untuk melarikan diri dari kenyataan. Tapi, lewat dirinya, Khaled Hosseini seperti ingin mengangsurkan sebuah cermin, yang mengetuk berkali-kali benak manusia, pernahkah sebagai manusia saya mengalami hal yang dialami Amir? Dan seperti kata pepatah, sehebat-hebatnya tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Nah, mungkin seperti itulah jalan cerita akan menasihati Amir maupun pembacanya.
Namun, sebaliknya, tokoh yang menurut saya tokoh yang luar biasa adalah Hassan. Di balik ketidaksempurnaannya dan kemelaratannya, Hassan punya jiwa yang setia, pemaaf, suka menolong, dan selalu menganggap Amir sebagai tuannya yang paling baik. Hassan mungkin akan menjadi penyebab mengapa novel ini dapat membuat pembaca menitikkan air mata.
Terakhir, untuk setting ada tiga tempat yang dipilih Khaled Hosseini: Kabul di tahun 1975, Amerika (San Francisco), dan Kabul, Pakistan, dan sekitarnya di tahun 2001. Ketiga latar tersebut punya nuansa Timur Tengah yang kental. Kendati berada di San Francisco, tetapi sebagai seorang Afghani, Amir menceritakan kisahnya di tengah komunitas dengan suku yang sejenis. Dan untuk Kabul yang lama dan Kabul pasca-perang, keduanya diceritakan penulis dengan amat gamblang, sehingga pembaca bisa mengetahui sendiri, seberapa mengerikannya perang di Timur Tengah sana.
Sebagai bacaan yang nyaris terlewat, rasanya amat sedikit menyesal karena baru membaca “The Kite Runner” di masa sekarang. “The Kite Runner” bukan saja ingin berbicara soal persahabatan, di tengah kisah penuh penyesalan seorang Amir, Khaled Hosseini seolah ingin berpesan, jika manusia tentunya tidak ada yang sempurna, seperti seorang Baba yang memiliki rahasia yang tak pernah bisa diceritakannya.
Resume by Muhammad Abdul Aziz








Tentang Kamu
            Penulis Tere Liye           

Kisah yang ditulis dalam novel Tentang Kamu ini memang sangat luar biasa. Alurnya jelas dan bagus. Penuh dengan adegan yang menegangkan dan kejutan-kejutan,  Kisah ini bermula dari Zaman Zulkarnaen, seorang mahasiswa Universitas Oxford yang menjadi junior associate pada sebuah firma hukum ternama di pusat Kota London. Setelah dua tahun bekerja di sana, ia sama sekali tak menyangka akan mendapatkan kasus penyelesaian pembagian warisan yang besarnya dapat menyaingi kekayaan Ratu Inggris. Bila dapat menyelesaikan kasus ini, partner firmanya menjanjikan kursi lawyer untuk Zaman. Tawaran yang sangat menarik. Tapi untuk dapat menyelesaikannya, ia harus menghadapi kejutan yang melingkupi sang pemilik warisan. Kejutan pertama, dengan kekayaan yang mencapai satu miliar pounsterling atau setara dengan 19 triliun rupiah, sang almarhum yang merupakan warga negara Inggris menghabiskan sisa hidupnya dengan tinggal di panti jompo Kota Paris. Kejutan kedua, sang almarhum bernama Sri Ningsih, adalah seorang perempuan Jawa tulen dari Indonesia, sama dengan Zaman.  Namun,
Ningsih meninggal, bisa dikatakan bahwa wanita ini telah memenangkan pertarungan, tapi ternyata dengan data yang minim mengenai kehidupan Sri Ningsih, Zaman tak memiliki pilihan selain menelusuri jejak wanita itu dari awal kehidupannya. Mulai dari diary Sri Ningsih yang diserahkan petugas panti jompo. Titik awal dari investigasi Zaman adalah Pulau Bungin, Sumbawa, dalam novel ini, Tere mengisahkan, bahwa sangat sulit bagi Zaman untuk mencari orang yang masih hidup dan mengingat kejadian yang berlangsung pada 1940-an, tahun kelahiran Sri Ningsih. Zaman hampir menyerah. Tapi beruntung ada seorang nelayan tua yang baru saja pulang melaut beberapa minggu, hadir dan menceritakan kehidupan Sri Ningsih. 
Dari satu informan ke informan lainnya, dari satu kota ke kota lainnya, Zaman menelusuri kehidupan Sri Ningsih. Sumbawa, Surakarta, Jakarta, London, Paris, dan seluruh dunia tempat Sri Ningsih menghabiskan waktu-waktu terakhirnya. Dengan informasi mengenai ahli waris yang muncul untuk kemudian menghilang lagi, Zaman mempelajari banyak hal tentang klien yang hartanya warisannya luar biasa besar ini. Hingga akhir hayatnya, Sri tetap dihantui masa lalu menyakitkan yang terus mencoba menorehkan luka di hatinya. Saat Sri masih ada hal yang terus menghantui Sri Ningsih.
Pelajaran terpenting yang dapat dipetik adalah: dari 1000 kegagalan, bangkitlah 1001 kali.  Itu maknanya kita harus benar-benar sabar. Kesabaran yang dimaksud itu tanpa batas. Sabar yang benar-benar sabar. Seperti saat Sri Ningsih diperlakukan kasar oleh ibu tirinya sampai bertahun-tahun namun ia tetap berbakti bahkan berusaha menyelamatkan saat sang ibu terjebak kobaran api. Atau saat ia dikhianati salah seorang sahabatnya, bahkan saat usaha yang ia rintis berkali-kali gulung tikar, pun saat janin dalam kandungannya 2x meninggal disusul kemudian oleh suaminya. Namun ia tetap berdiri tegar. Begitulah sabar, tanpa tepi dan tanpa dendam. Istilah kata, tidak dimasukkan dalam hati. Subhanallah. Andainya kita semua bisa memiliki hati sebersih Sri Ningsih.


Resume by Muhammad Abdul Aziz
















Penulis Karen Amstrong

Pada mulanya, manusia menciptakan satu Tuhana yang merupakan Penyebab Pertama bagi sesuatu dan Penguasa langit dan bumi. Buku ini menjelaskan bagaimana kepercayaan orang-orang terdahulu kepada Tuhan dengan berbagai macam sebutannya. Buku ini juga menelisik beberapa agama monoteistik yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam.
Bahkan tentang bagaimana seorang budha sebelum hadir sebagai pencerah, yang pada asalnya adalah seorang manusia biasa, kemudian mengalami berbagai penderitaan ketika mengikuti salahsatu ajaran pada saat itu. Lalu beliau memutuskan meninggalkan keluarga dan masyarakat untuk mencari kebenaran dengan berjalan ke arah timur. Sehingga ketika beliau sudah sampai di suatu tempat pertapaan, beliau merasakan akan adanya pencerahan.
Buku ini memang banyak menguak dan menelisik sejarah agama pada masa lalu, tetapi perlu diperhatikan saat mengetahui hal baru untuk tidak mengambil kebenaran hal tersebut, karena beberapa ada yang menjelaskan kurang lengkap dan keliru. Seperti saat Ibrahim melakukan pengorbanan untuk Tuhan yaitu dengan menyembelih Ishak, dalam hal ini Ishak seharusnya adalah Ismail seperti yang dijelaskan pada kitab suci umat Islam. Buku ini disajikan dengan bahasa yang cukup tinggi, sehingga perlu pemahaman dalam membacanya.
Pada bab pertama ini, menjelaskan bahwa monoteisme atau kepercayaan akan adanya satu Tuhan adalah konsep pertama manusia tentang Tuhan. Namun, konsep “satu” Tuhan disini memiliki banyak versi sesuai dengan wilayah yang ada. Diantaranya adalah konsep “Tuhan Tertinggi” atau “Dewa Langit” yang membawahi Tuhan-tuhan lainnya. Misal yang lain adalah Yahweh, Tuhan bangsa Yahudi. Deskripsi tentang Yahweh beserta proses terbentuknya kepercayaan Yahudi dikemukakan dengan sangat jelas pada bab kedua dimulai dari kejadian penampakan sosok “Tuhan” oleh Yesaya di singgasana sebuah kuil hingga keadaan bangsa Yahudi bertahun-tahun setelahnya.
Yahweh sendiri dalam agama Yahudi sangat diistimewakan. Tak perlu lagi ada kontak langsung dengan Tuhan, hal itu hanya dicapai melalui visi simbolik yang dinisbahkan kepada figur-figur besar di masa silam.


Resume by Muhammad Abdul Aziz

Sabtu, 22 September 2018



LEMBAGA HIDUP
(Prof. Dr. Hamka, Republika, 392)

Buku ini bercerita tentang hak dan kewajiban. Terdapat dua peran dalam hal menutut ilmu, yaitu peran sebagai guru dan peran sebagai murid. Buya Hamka menjabarkan hak dan kewajiban dari guru kepada murid, juga sebaliknya, pada kedelapan dalam buku ini. Bahkan dijelaskan tentang hak dan kewajiban seorang warga negara dalam hal bertanah air. “Kewajiban berdasarkan objeknya terbagi kepada empat bagian yaitu kewajiban kepada diri sendiri, kepada orang lain, kepada Allah, dan kepada makhluk lainnya.”

“Hak yang dimiliki oleh setiap manusia sejak lahir adalah hak kemerdekaan atas diri, hak milik, menghindari serangan dan mencari rezeki. Namun ada lagi hak perseorangan yang penting untuk dimiliki manusia sebagai seorang anggota masyarakat yaitu hak untuk tetap hidup, hak budi (pemeliharaan kesehatan diri sendiri), hak kemerdekaan diri, hak persamaan dalam masyarakat, hak politik, hak mencari rezeki, hak atas milik, hak perhubungan dan perjanjian, hak atas kepercayaan dan keyakinan, hak perlindungan anak-anak, hak pengajaran dan pendidikan, hak jiwa dan tubuh.”

“Dalam kehidupan keluarga terdapat suami istri dan anak dimana setiap peran memiliki hak dan kewajiban pada peran yang lain. Suami memiliki hak dan kewajiban pada istri, juga sebaliknya. Juga begitu halnya antara anak dan orang tuanya, terdapat hak dan kewajiban masing-masing.”     
Garis perjalanan hidup setiap manusia telah ditetapkan sejak dalam kandungan. Rezeki telah tersedia. Ajal telah tentu. Amal usaha telah terbentang. Inilah "Lembaga Hidup". Tuangan yang berbentuk menurut barang-barang yang dicita-citakan akan tercipta setelah bahan-bahannya dituangkan ke dalamnya.

Buku yang membuat saya banyak berfikir dan merenung kembali terhadap keinginan dan sikap terhadap hidup selama ini. Walau ditulis sudah lebih dari 75 tahun lalu, sebagian besar isinya masih sangat relevan untuk mendidik cara bersikap dan berfikir di era sekarang. Bagi saya Buya Hamka adalah salah seorang pemikir yang saya kagumi, keikhlasannya dan sabarnya dalam bertindak selama beliau hidup tergambar dari tulisan beliau. Buya mengajarkan kita untuk terus berfikir positif dan penuh rasa syukur terhadap apapun, terutama terhadap takdir kita.

Melalui buku ini, Buya Hamka mengajak kita untuk berikhtiar menuang lembaga hidup kita masing-masing dengan berbagai kewajiban sesuai tuntunan Islam dan tidak membiarkannya menjadi sebatas lembaga...
Lembaga yang harus diisi dalam kehidupan secara Islami tidak hanya terpusat pada satu bidang, melainkan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Buku ini berbicara tentang kewajiban manusia terhadap diri pribadi, keluarga, masyarakat, ilmu pengetahuan, tanah air, politik, harta benda dan sebagainya. Di atas semua itu, yang terpenting adalah bagaimana sebenarnya kewajiban manusia terhadap Allah SWT, Tuhan semesta alam.

Oleh Muhammad Abdul Aziz, Institut Pertanian Bogor

Senin, 17 September 2018

PUKAT



PUKAT


Identitas: (PUKAT (Serial anak-anak Mamak, buku ke 3), Tere Liye, Penerbit Republika, 351 halaman), 
http://www.republikapenerbit.com/buku/detail_buku/146/pukat)

Buku berjudul Pukat merupakan jenis buku novel. Buku ini termasuk jenis trilogi yang terdiri dari buku Amelia, Burlian dan Pukat. Cerita dari buku trilogi ini mewakili sudut pandang tiga kakak beradik yang membawa latar kebudayaan Melayu di Medan.
Buku ‘Pukat’ ini menceritkan bagaimana seorang Pukat yang masih duduk dibangku sekolah dasar kelas lima. Diawali cerita tentang pengalamannya naik kereta api bersama dengan ayah dan adiknya yaitu Burlian dan Amelia. Saat berada di perjalanan terjadi perampokan, tapi dengan kecerdikan Pukat, perampok-perampok itu berhasil dikenali saat akan turun dari kereta dengan adanya aroma bubuk kopi yang di sebarkan ke baju tersangka. Itu merupakan pengalaman pertama sekaligus berkesan bagi Pukat dan adiknya.
Cerita selanjutnya yaitu ketika di desa tempat tinggal Pukat kedatangan seoran bidan beserta putrinya yang cantik dan putih. Hal tersebut membuat Raju, teman Pukat, menjadi tertarik dan jatuh cinta, tapi itu hanya sebatas cinta monyet. Suatu ketika saat Shaleha mau pulang dan kondisi desa yang sedang hujan, saat itulah Raju menunjukkan kepeduliannya pada Shaleha.
Suatu waktu terjadi pada Raju, untuk mencukupi kebutuhan keluarganya yang ditinggal oleh ayahnya yang cerai dengan ibunya, Raju bekerja menunggu kebun milik salah seorang saudagar kaya. Namun saat itu terjadi hujan lebat saat malam harinya, naasnya terjadi banjir karena sungai yang berada di kampung itu meluap. Sehingga merendam seluruh kampung, kecuali bagian masjid yang lokasinya berada lebih tinggi dibanding daerah lainnya. Disaat seperti itu teringat pada Raju yang berada di kebun, lokasinya berada di pinggiran sungai. Kejadian tersebut menjadi akhir bagi Raju.
Selanjutnya bercerita tentang Pukat yang menjaga warung seseorang karena sedang merawat anaknya yang sakit. Pukat menjadi seorang anak yang pandai dalam berdagang, teliti dalam berhitung dan senang menolong orang. Setelah anak yang punya warung sembuh, Pukat kembali ke aktivitas semula.
Di dalam cerita ini juga ditampilkan seseorang dengan berbagai macam perangai atau sifat ke arah mana seseorang itu. Ada yang mempunyai perangai mirip ular, kambing, ayam dll. Itu semua sejatinya juga dapat berubah seiring adanya pengalaman dan pengaruh lingkungan. Sifat seseorang tidak pasti, tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang saja. Hal inilah yang membuat Pukat tersadar akan kesalahannya pernah bermusuhan dengan Raju karena mempermasalahkan perangai nya masing-masing.
Suatu ketika Pukat melakukan kesalahan dan tidak menuruti perintah ibunya, ia kemudian dihukum tidak boleh makan malam dan tidur di dalam rumah. Tanpa makan malam dan tidur di dalam rumah, alhasil Pukat mengalami demam. Dalam benaknya masih menganggap ibunya orang pemarah dan galak. Pukat sakit selama lima hari, dan selama itu pula ibunya hadir untuk membantunya. Membuatkan bubur hangat setiap waktu. Hal itu membuatnya merasa menyesal karena telah menganggap ibunya arogan , akhirnya Pukat mengerti akan maksud ayahnya. "Jangan pernah membenci Mamak kau, jangan sekali-kali. Karena jika kau tahu sedikit saja apa yang telah ia lakukan demi kau, Amelia, Burlian dan Ayuk Eli, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta serta rasa sayangnya kepada kalian..."
Meski dibesarkan dalam kesederhanaan, keterbatasan, berbaur dengan kepolosan dan kenakalan. Mamak selalu menanamkan arti kerja-keras, kejujuran, harga diri serta perangai tidak tercela. Dan di sini, kasih sayang keluarga adalah segalanya. Selamat datang di dunia anak-anak yang tidak pernah kalian bayangkan.”
Sungguh banyak nilai moral yang bisa diambil dari buku tersebut, jadilah orang yang bijak dan pandai bersikap.

Minggu, 03 Desember 2017





Soekarno
Paradoks Revolusi Indonesia

Resume oleh Muhammad Abdul Aziz

            Soekarno merupakan proklamator bangsa Indonesia, beliau juga sebagai presiden pertama Repulik Indonesia. Dalam perjalanan hidupnya beliau dicaci seperti bandit dan di puja bagai dewa. Beliau banyak sekali melahirkan pemikiran-pemikiran baru bersama rakyat Indonesia. Soekarno disebut sebagai ‘Don Juan yang mahir mencinta’ karena beliau sangat mengagumi wanita dan kemahiran Sukarno memikat wanita. Soekarno memiliki daya intelektual yang tinggi yang menjadikannya seorang master dalam menaklukkan hati wanita. Sewaktu muda beliau mengidamkan bintang film Norman Kerry.
            Di dalam buku diceritakan tentang Megawati yang lahir di dalam gubuk yang atapnya berlubang serta saat hujan lebat. Beliau juga seorang yang suka kesenian, serta penyelamat seniman. Kecintaan Soekarno akan kesenian dan seniman dibuktikan oleh koleksi karya seni rupanya yang begitu banyak. Beliau juga memberi subsidi khusus kepada para penari utama. Soekarno bukan hanya seorang presiden, dimasa mudanya beliau banyak menulis buku, tulisan tersebut ada yang tentang dirinya dan tentang Indonesia pada masa itu. Beberapa tulisan bung Karno yaitu: Membangun dunia yang baru, Kewajiban wanita dalam perjoeangan republic Indonesia,Kepada bangsaku, Dibawah revolusi, Indonesia menggugat, pancasila sebagai dasar Negara.
            Kesalahan terbesar bung Karno dalam politik mungkin karena ia tidak sepenuhnya mempercayai prosedur demokrasi. Dia menyantuni prinsip kedaulatan rakyat secara substansial. Tindakan yang keliru bung karno lainnya, dia menjadikan lembaga legislative mainan lembaga eksekutif, dia juga membuat lembaga yudikatif tak bergigi, dimainkan juga oleh lembaga eksekutif. Soekarno diakhir kepemimpinananya memberikan tugas kepada Soeharto yang disebut surat supersemar, yaitu pelimpahan kekuasaan sementara Indonesia kepada Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Mayor Jendral. Akibatnya dengan adanya surat tersebut mengindikasikan pelimpahan kekuasaan kepada Soeharto.

            Soekarno disebut bersalah dalam romusha karena menyebabkan ribuan pemuda meninggal. Dia juga sebenarnya mempunyai tujuan dari hal itu, supaya pengangguran berkurang dan untuk membangun pulau jawa. Di Ende, Flores, Soekarno menjadi seorang sutradara teater . yang banyak membawa pandangan bahwa teater itu sebuah kesenian dan mempunyai kandungan makna. Soekarno dekat juga dengan direktur surat kabar Tionghoa, beliau mempelajari sitemnya, serta untuk menambah penghasilan dari kerjasama dengan surat kabar Sin Po. Di dalam buku juga menceritakan keaktifan Megawati dalam urusan politik, yang ia peroleh dari ayahnya, yaitu Soekarno.

Selasa, 28 November 2017

Oleh Muhammad Abdul Aziz
Resume Delapan Mata Air Kecemerlangan
Anis Matta
Delapan Mata Air Kecemerlangan adalah kumpulan tema yang disampaikan penulis dalam training Personal Quality Development. Konsepnya dimulai dari penjelasan tentang model manusia seperti apa yang di inginkan Islam. Apa yang kemudian oleh Anis Matta disebut dengan model manusia muslim. Mungkin masih banyak orang yang masih bingung ingin menjadi apa ? Justru disinilah kelebihan buku ini dalam meluruskan paradigma yang selama ini diyakini kebanyakan kita. Sebab, seorang muslim tidak bertanya tentang apa yang ia inginkan bagi dirinya atau hidupnya.Namun, seorang Muslim akan bertanya tentang apa yang Allah SWT inginkan bagi dirinya. Seorang muslim tidak bertanya, Saya ingin menjadi apa ? namun, seorang muslim bertanya,” Allah SWT menginginkan saya menjadi apa ? Menurut Anis Matta, Jika kita mau membangun kembali manusia-manusia Muslim yang cemerlang yang menjadi salah satu pusat pesona Islam, maka kita harus mempertemukan kembali manusia-manusia muslim itu dengan Mata Air Kecemerlangan.

Delapan mata air kecemerlangan adalah konsep yang disuguhkan Anis Matta untuk mengusahakan manusia muslim agar menemukan kembali kecemerlangan dalam hidup. Konsep tersebut adalah jembatan antara konsep ideal islam dengan manusianya dalam mengaplikasikannya. Mata air pertama adalah mengetahui konsep diri dengan jelas. Hal ini sangat penting untuk menentukan kemana arah kita dalam mengarungi hidup. Dalam hal yang pertama ini Anis mengemukakan bahwa misi hidup kita telah terberi (given) oleh Allah swt. Tinggal bagaimana kita menjalankan misi tersebut disesuaikan dengan keahlian inti kita yang diberi oleh Allah kepada setiap manusia. Kita harus tahu apa potensi kita, kemudian kita mengarahkan petensi itu untuk menjalankan misi yang given tadi.  Mata air kedua adalah struktur pengetahuan dan pemikiran yang solid. Pikiran adalah kata kunci awal untuk keseksesan menjalankan misi diatas sebab semua tindakan berawal dari pikiran kita. Mata air ketiga adalah tekad bulat yang kuat. Ini adalah energi jiwa yang selalu menggerakkan kita untuk menjalankan misi hidup kita. Tekadlah yang menentukan apa yang kita pikirkan menjadi sebuah tindakan nyata. Maka tanpa tekad pikiran hanya akan menjadi konsep abstrak yang tak akan teralisasi dialam tindakan.  Mata air keempat adalah keluhuran sifat. Inilah pada akhirnya juga yang menetukan kecemerlangan seseorang yang telah mengetahui konsep dirinya dan berupaya mengembangkan kapasitas internalnya. Sejatinya konsep diri yang jelas, pengembangan kapasitas diri, dan tekad yang bulat akan bermuara pada keluhuran sifat. Begitulah sejarah orang-orang besar mengajarkan kita. Mata air kelima adalah asset fundamental yang terkelola dengan baik. Aset fundamental yang kita miliki terdiri dari 2 yaitu kesehatan dan waktu yang kita miliki. Hal inilah yang menentukan seberapa besar kemampuan kita menjalankan misi. Semakin sehat, bugar, kuat dan lincah kita maka akan semakin mampu kita menjalankan misi hidup kita. Selanjutnya mengenai waktu yang kita miliki untuk menjalankan misi (kehidupan) adalah sesuatu yang tidak ketahui berapa lamanya. Dengan kata lain kita tidak tahu berapa umur kita didunia? Oleh karena itu penting bagi kita mengetahui makna waktu dalam rangka menjaga aset fundamental kita. Waktu hakikatnya adalah kehidupan, sedangkan kehidupan adalah upaya kita menjalankan misi hidup. Oleh karena itu setiap detik dari waktunyang kita miliki harus berhubungan dengan pensuksesakn misi hidup kita. Hal yang dinilai oleh Allah adalah bukan berapa banyak karya yang kita hasilkan dari waktu yang kita miliki tapi berapa rasio waktu yang kita punya dengan hasil yang kita peroleh. Mata air kelima adalah integrasi sosial. Inilah fase dimana kita harus mulai beradaptasi kepada lingkungan kita. Inilah yang menguji seberapa jauh kematangan pribadi kita. Karena ini tidak hanya berkaitan dengan pertanyaan ingin apa kita, akan tetapi apa yang dibutuhkan masyarakat dari kita. Apakah masyarakat akan kehilangan kita atau merasa senang jika kita pergi meninggalkan mereka.  Mata air ketujuh adalah kontribusi. Inilah yang akhirnya menandai kehidupan kita di dunia. Kontribusi adalah jejak hidup kita di dunia. Dengan kontribusi kita meninggalkan sesuatu yang berharga yang bermanfaat bagi masyarakat atau lingkungan kita. Inilah yang akan menjadi karya bersar dalam sejarah hidup kita. 
Mata air kedelapan adalah konsistensi. Ini adalah mata air terakhir yang juga menentukan perjalanan seorang mewujudkan misi. Kita dituntut untuk tetap mempertahankan hal yang kita raih dalam rangka perjuangan misi meski kita tak tahu kapan akhir hayat kita. Itulah misteri akhirat, ia hanya didapat oleh orang-orang yang sungguh-sungguh konsisten mendapatkannya. 
Kelebihan utama dari buku terbaru Anis Matta ini, selain gagasannya yang sangat matang dan kuat, didalamnya terdapat petunjuk operasional praktis untuk menjalankan ide-ide tersebut. Anis menuntun tahap demi tahap, secara teknis, seorang pembaca menemukan kedelapan mata air kecemerlangannyanya. Membaca buku ini seakan-akan kita berguru langsung dengan penulisnya. Karena bahasa yang digunakan adalah bahasa yang ringan, singkat dan seperti bahasa orang ketika berbicara. Inilah yang tidak dimiliki oleh buku-buku pengembangan diri lainnya dimana didalam buku tersebut terdapat gagasan baik namun pembaca kebingungan bagaimana merealisasikannya. Dengan langka aplikasi didalam buku ini Anis berhasil memberi jembatan kepada pembaca untuk mewujudkan gagasan dalam bentuk tindakan.